Sebenernya ini postingannya adinda Febrian Fachri di facebook
Sayang aja kalo ga saya abadikan ke blog ini karena menurut saya postingannya awesome dan tentunya tertera nama saya juga, thankies adik iyan, kamu kaya spiderman deh *padahal gadak hubungannya sama spiderman* hehehe
Saya bukan bercerita mengenai teman lama. Tapi secuil kisah tentang
keluarga beranggotakan enam mahasiswa di sebuah rumah berlokasi di Jalan
Jamin Ginting, Gang kamboja No 22 B Medan sumatera Utara.
Ke enam nama mereka adalah Gustaf prameswara, Zikri Azhari, Rozi Afrilino, Dodi Dermawan dan Febrian Fachri.
Secara
usia saya adalah yang paling muda di antara semua. Pertemuan kami yang
pertama adalah saat beres-beres rumah itu setelah berantakan ditinggal
penghuni sebelumnya. Dengan hasrat dan semangat menghuni rumah baru,
kami kerjakan pembenahan tata letak di rumah itu agar dapat ditempati
dengan nyaman. Terutama bagi kami yang menempati dan juga para tamu yang
akan datang silih berganti.
Rencana dari awal, yang akan
ngontrak rumah kecil itu hanya saya, Gustaf (Adek), Zikri, dan Rozi.
Nominal nilai kotrak satu tahun adalah sebesar Rp 6 juta. Masing-masing
kebagian Rp 1,5 juta. Seingat saya, sore itu juga dibantu uni kanduang
Ririn Rahmala Febri (iyin), Dinia Darosha (Inya) Dodi, dan Siska Adrilla
(Cika).
Belum ada Ficky saat itu. Tatkala menata rumah baru akan
rampung, barulah pria setinggi 160 cm berpadan tegap, kulit coklat dan
berambut rapi masuk ke rumah. “Salamualaikum,” ucapnya singkat kepada
saya.
“Lah mulai rapek?”.
“Alum da.”. kan rapek aa tu,?
“Rapek PMB,”
Itu
percakapan singkat yang saya ingat bersama Ficky, mahasiswa asal Biaro
Bukittinggi (Bukittinggi coret). Ia saat itu telah berstatus mahasiswa
semester tiga Ilmu Komputer USU 2008. Saat jumpa pertama kali dengan
Ficky tidak sama dengan pertama kali kenal dengan Dodi, Adek, Zikri,
Inya, Iyin, Chika dan lainnya. Sepintas saya menilai Ficky adalah orang
yang kurang bersahabat. Selama hari itu, saya masih belum banyak
melakukan percakapan dengan Ficky lantaran saya berpikir dia adalah
orang yang kurang bersahabat. Tak seperti yang lainnya. Tapi semua itu
buyar. Dia tak seperti yang saya bayangkan ternyata.
Sore
itu, ternyata kami dikejar waktu untuk bersih-bersih rumah. Ternyata
jika rumah K22B siap ditata ulang, Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru
IMIB akan menyelenggarakan rapat Rutin jelang penyelenggaraan acara yang
akan diadakan di Sayum Sabah, Sembahe Sibolangit Sumatera Utara.
Mereka
yang namanya yang saya sebutkan di atas adalah pentolan-pentolan
panitia yang masing-masing punya posisi penting di kepanitiaan. Rozi
sebagai Ketua, Iyin sebagai Sekretaris, Dodi acara, dan Zikri, Adek,
Ficki saya lupa apa posisi mereka di kepanitiaan. Namun yang pasti tanpa
mereka acara tak akan berlangsung lancar. Bahkan hingga acara selesai,
saya dan beberapa mahasiswa 2009 yang menjadi peserta dapat melihat,
mereka adalah panitia yang sangat luar biasa. Maaf saya tak dapat
sebutkan namanya satu persatu.
Yang paling saya ingat
adalah, Dodi yang dengan total menggring jalannya acara buat peserta
sepanjang gelaran acara, Cika sang juru ampuh dapur, Rozi, Adek, Ficky,
Inya sudah tak jelas yang mereka kerjakan. Rozi yang bolak-balik
mengontrol acara, dapur serta hal-hal lain (Banting HP Motorola karena
muak dengan pembalap Tana karo atau sopir bus Sutera). Adek menjamin
teknis-teknis peralatan seperti sound, lampu, dan pernak-pernik lainnya.
Ficky dan Zikri yang saya ingat rela balik ke Medan meski larut untuk
menjemput peralatan yang tertinggal. Saya lupa apa yang mereka jemput
waktu itu. Yang pasti saya dapat kabar mereka menaiki Supra Fit kopling
milik Adek layaknya mengendarai tunggangan Casey Stoner.
Maksudnya
mereka bekerja tak lagi sesuai dengan posisi dan fungsi masing-masing.
Apa yang ada di depan dikerjakan akan mereka selesaikan hingga tuntas
tanpa menghitung-hitung porsi kerjaan.
Mungkin apa yang telah
mereka perbuat dapat menjadi contoh bagi sebuah kepanitiaan yang akan
selalu ada sepanjang kegiatan mahasiswa di Kampus. Bagaimana kita
bekerja tak boleh setengah-setengah, loyalitas dan tetap menjalin
kekeluargaan.
Maaf, kok cerita kepanitiaan jadinya ya.
Yop.
Kita lanjut cerita.
Kembali
lagi ke awal tadi. Jadilah penghuni rumah K22B ditambah dengan Ficky.
Berlima. Hal ini berawal ketika Ficky tak kunjung mendapat kos baru.
“Wak ajak se Fiki tingga di siko, lai bs baliak pti wak deknyo. Kan
lumayan tu ntk bali Tipi, hehe,” begitu terucap dari Adek saat berembuk
untuk memastikan nasib Ficky. Yang berembuk adalah anggota perdana.
Saya, Zikri, Rozi dan Adek. Maka disepakatilah Ficky dibabtis menjadi
anggota K22B secara sah meski di awal dia selalu dapat jatah tidur di
luar dengan kasur pompa kepunyaan Adek. Ditemani ikan-ikan hias,
lobster, ikan kalang yang hidup di aquarium hasil rampasan Ficky di kos
lamanya di Sumber (dekat kos dini dulu, ciee).
Jadilah
kami serumah berlima, ditambah dua anggota tak tetap Dodi dan Leo
Syahputra. Dua nama terakhir adalah orang yang mengaku tamu tapi sering
kami bilang tamu tak diudang nan selalu datang kapanpun mereka mau.
Tapi
status Leo terusik saat ia menerima tawaran menjadi keeper tim futsal
pembangunan saat penyelenggaraan turnamen futsal IMIB.
Selama
dua tahun hidup di K22B teramat banyak yang ingin saya ceritakan.
Begitu banyak kisah. Bagaimana saat balap-balap beli nasi untuk sahur
lantaran imsak yang hanya 15 menit lagi. Berbuka dengan gorengan+teh
manis. Dan sesekali kami buka bareng dari kolak duren depan FK, Akbari
hingga buka gratis di masjid Taqwa.
Atau juga ritual buka
bersama di K22B yang diarsiteki Iyin, Inya, Cika sebagai juru dapur.
Kaum Adam hanya berperan sebagai pengganggu, tukang cicip atau memancing
kemarahan inya atau cika saat itu. Uni kaduang Iyin yang tak pernah
merepet dengan hal-hal seperti itu.
Tulisan ini mulai tak terarah. Saya bingung mau ceritakan apalagi.
Ooh.
Petaka menimpa anggota rumah kami di paruh kedua tahun ajaran. Saat
kami melaksanakan roadshow di kota Budaya Batusangkar, kami dapat kabar
bahwa Adek kecelakaan motor yang menyebabkan kakinya patah dan butuh
perawatan yang memakan waktu yang lama. Jadi selama satu semester. Kami
benar-benar kehilangan sosok Adek. Apalagi saat itu hanya dia
satu-satunya di rumah kami yang punya kendaraan luar biasa. Jadilah
selama satu semester kami selalu beli nasi ke gang medan area dengan
berjalan kaki. Sesekali ke gang Aritha sebagai tempat makan favorit.
Tapi,
setelah satu semester istirahat, Adek kembali lagi semester
selanjutnya. Meski sedikit pincang, tapi semangatnya tak hilang
sedikitpun. Ia menampakkan sosok yang sangat luar biasa. Saat itu adalah
masa Ficky sebagai orang nomor satu organisasi Minang satu-satunya di
USU. Ficky memperoleh jabatan prestisius itu dengan unggul atas
pesaingnya melebihi 50 persen perolehan suara yang artinya ia menang
telak satu kali putaran. Ada tercium indikasi settingan saat pemilihan.
Ternyata, saat itu Rozi dan Dodi tak menampakkan mukanya saat hari
pemilihan ketua. Zikri yang saat itu hadir dan selalu duduk di samping
Ficky tiba-tiba minta izin tinggalkan forum dengan alasan mando nya
datang. Jadi tinggallah Ficky yang menjadi kandidat kuat satu-satunya
jelang pemilihan. Adek saat itu masih di tanah Jambi.
Niat
mereka ternyata positif. “Kita satu rumah, Ficky, Zik, tambah Codoik.
Masa awak samo awak lo yang bertarung demi kekuasaan. Ancak wak rapatkan
ajo barisan lai. Bia wak sokong si ficky samo-samo,” ucap Rozi sesaat
setelah Ficky berstatus ketua terpilih IMIB. Ternyata konspirasi Rozi
dan Zikri terkuak setelah hiasan ucapan selamat atas terpilihnya Ficky
di papan White board Mini yang ditulis Zikri.
Semua
penghuni K22B menduduki posisi penting sebagai menteri-menteri
kepengurusan Era Ficky. Rozi di PA, Dodi Bos Minat Bakat, Zikri Urusan
cari PIti (Danlog), Adek Public Relation. Dan juga Iti sekum Iyin,
sebagai Bendum, Cika PTKP. Inya saat itu memutuskan fokus dengan
akademiknya.
Saya Ian pIrlo hanya sebagai penguat Adek dengan konsentrasi mengurusi bagian media informasi IMIB.
Satu
tahun kepengurusan masa Jabatan Ficky adalah masa yang terbaik yang
pernah saya alami. Di mana masing-masing bagian yang dikepalai
antek-antek K22b punya pencapaian yang sangat luar biasa. Rozi dapat
menuntaskan KTP IMIB yang sempat tak terurus sebelumnya, Zikri juga
mantap menyelesaikan usaha kecil menengah dan simpan pinjam IMIB serta
meraih dana segar dari beberapa donator tetap, Dodi sukses menghadirkan
Seni Randai di kota Medan, dan Adek bersama saya mensukseskan Sahur on
the road, pulang basamo sebanyak tiga Bus ALS, serta keberhasilan IMIB
mengadakan portal berita berupa Website dan Webblog.
Tapi
yang tuntas terealisasi saat itu baru sebatas update acara seremony IMIB
di Webblog di mana saya sebagai reporter tunggal menginfomasikan setiap
penyelenggaran even Imib sepanjang tahun itu.
Maaf
banyak lagi pencapaian IMIB di masa kekepimpinan Ficky. Tak dapat juga
saya diktekan satu persatu di sini. Ficky diabadikan sebagai Ayah oleh
adik-adik 2010 karena dia muncul sebagai sosok pelindung di setiap
kepanitian yang diadakan IMIB. Tentunya tak lepas dari peran Jupiter
Merah berpelat BK 1 IMIB. Ia juga berhasil berdiplomasi dengan bapak2
pemodal imib seperti Umi, Pak Yunan, Da Yudi, Pak Sahrudin Ali, dan
lain-lain.
Kemudian tambah lagi dengan capaian sebagai
Runner Up turnamen futsal IMIB semakin membuktikan bahwa K22B adalah
rumah yang menaungi para juara sejati yang punya daya juang luar biasa
di setiap kegiatan. O maaf. Tim futsal K22B juga kuat karena adanya
pemain naturalisasi. Mereka adalah Akmal, Razi, dan Rahman.
Sampai
di sini dulu cerita saya. Intinya saya akan selalu mengenang setiap
detail yang terjadi di keluarga K22B. saat-saat kita merebus kawa daun,
beli cimangko saat ada yang tepar, saat saling ganggu ketika beberapa
personil nelpon pacar, rutinitas lompat tembok di balik SUARA USU, mati
lampu merasakan perihnya sengatan nyamuk, direpetin sang empunya rumah
saat WC tumpat, banyak lagi pastinya.
Sekarang saya dan
mereka tak lagi di satu atap K22B. kita tak tahu lagi siapa pengukir
cerita di situ. Rozi, Zikri, Ficky, Cika, Iyin, Inya telah menasbihkan
diri sebagai sarjana yang mengharuskan mereka angkat kaki segera dari
kampus USU. Begitu juga sesaat lagi Adek, Dodi akan menyusul. Maka
tinggallah saya Ian_Pirlo yang akan berjuang sendiri karena terpaut beda
satu tahun angkatan dengan mereka. Tapi yang saya cam kan. Semua
anggota K22B, anggota tetap, tak tetap, tamu tak diundang bahwa kelak
akan menjadi orang-orang besar.
Sebuah goresan untuk Zikri, Rozi, Adek, Dodi, Ficky, Chika, Iyin, Inya.
Eh
maaf saya lupa sebutkan satu nama lagi. Randi Kendra Putra S.sos. satu
sosok yang juga punya andil besar di K22B. Mantan ketua yang selalu ikut
dalam pertempuran di kamar.
Sapaan sayang untuk semua : PPPPaaaaannnttTTuuuuaaaaakkkkkkk.
Jakarta, 27 Juli 2012.
Febrian Fachri
1 komentar:
hahahaha,,, sakik paruik aaa. B'a leii ko, balian cimangko nah. hahahaha
Posting Komentar