Minggu, 29 Juli 2012

Ibarat Teman Lama Bercerita Kembali

Sebenernya ini postingannya adinda Febrian Fachri di facebook
Sayang aja kalo ga saya abadikan ke blog ini karena menurut saya postingannya awesome dan tentunya tertera nama saya juga, thankies adik iyan, kamu kaya spiderman deh *padahal gadak hubungannya sama spiderman* hehehe

Saya bukan bercerita mengenai teman lama. Tapi secuil kisah tentang keluarga beranggotakan enam mahasiswa di sebuah rumah berlokasi di Jalan Jamin Ginting, Gang kamboja No 22 B Medan sumatera Utara.

Ke enam nama mereka adalah Gustaf prameswara, Zikri Azhari, Rozi Afrilino, Dodi Dermawan dan Febrian Fachri.
Secara usia saya adalah yang paling muda di antara semua. Pertemuan kami yang pertama adalah saat beres-beres rumah itu setelah berantakan ditinggal penghuni sebelumnya. Dengan hasrat dan semangat menghuni rumah baru, kami kerjakan pembenahan tata letak di rumah itu agar dapat ditempati dengan nyaman. Terutama bagi kami yang menempati dan juga para tamu yang akan datang silih berganti.

Rencana dari awal, yang akan ngontrak rumah kecil itu hanya saya, Gustaf (Adek), Zikri, dan Rozi. Nominal nilai kotrak satu tahun adalah sebesar Rp 6 juta. Masing-masing kebagian Rp 1,5 juta. Seingat saya, sore itu juga dibantu uni kanduang Ririn Rahmala Febri (iyin), Dinia Darosha (Inya) Dodi, dan Siska Adrilla (Cika).
Belum ada Ficky saat itu. Tatkala menata rumah baru akan rampung, barulah pria setinggi 160 cm berpadan tegap, kulit coklat dan berambut rapi masuk ke rumah. “Salamualaikum,” ucapnya singkat kepada saya.
“Lah mulai rapek?”.
“Alum da.”. kan rapek aa tu,?
“Rapek PMB,”

Itu percakapan singkat yang saya ingat bersama Ficky, mahasiswa asal Biaro Bukittinggi (Bukittinggi coret). Ia saat itu telah berstatus mahasiswa semester tiga Ilmu Komputer USU 2008. Saat jumpa pertama kali dengan Ficky tidak sama dengan pertama kali kenal dengan Dodi, Adek, Zikri, Inya, Iyin, Chika dan lainnya. Sepintas saya menilai Ficky adalah orang yang kurang bersahabat. Selama hari itu, saya masih belum banyak melakukan percakapan dengan Ficky lantaran saya berpikir dia adalah orang yang kurang bersahabat. Tak seperti yang lainnya. Tapi semua itu buyar. Dia tak seperti yang saya bayangkan ternyata.

Sore itu, ternyata kami dikejar waktu untuk bersih-bersih rumah. Ternyata jika rumah K22B siap ditata ulang, Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru IMIB akan menyelenggarakan rapat Rutin jelang penyelenggaraan acara yang akan diadakan di Sayum Sabah, Sembahe Sibolangit Sumatera Utara.

Mereka yang namanya yang saya sebutkan di atas adalah pentolan-pentolan panitia yang masing-masing punya posisi penting di kepanitiaan. Rozi sebagai Ketua, Iyin sebagai Sekretaris, Dodi acara, dan Zikri, Adek, Ficki saya lupa apa posisi mereka di kepanitiaan. Namun yang pasti tanpa mereka acara tak akan berlangsung lancar. Bahkan hingga acara selesai, saya dan beberapa mahasiswa 2009 yang menjadi peserta dapat melihat, mereka adalah panitia yang sangat luar biasa. Maaf saya tak dapat sebutkan namanya satu persatu.

Yang paling saya ingat adalah, Dodi yang dengan total menggring jalannya acara buat peserta sepanjang gelaran acara, Cika sang juru ampuh dapur, Rozi, Adek, Ficky, Inya sudah tak jelas yang mereka kerjakan. Rozi yang bolak-balik mengontrol acara, dapur serta hal-hal lain (Banting HP Motorola karena muak dengan pembalap Tana karo atau sopir bus Sutera). Adek menjamin teknis-teknis peralatan seperti sound, lampu, dan pernak-pernik lainnya. Ficky dan Zikri yang saya ingat rela balik ke Medan meski larut untuk menjemput peralatan yang tertinggal. Saya lupa apa yang mereka jemput waktu itu. Yang pasti saya dapat kabar mereka menaiki Supra Fit kopling milik Adek layaknya mengendarai tunggangan Casey Stoner.

Maksudnya mereka bekerja tak lagi sesuai dengan posisi dan fungsi masing-masing. Apa yang ada di depan dikerjakan akan mereka selesaikan hingga tuntas tanpa menghitung-hitung porsi kerjaan.
Mungkin apa yang telah mereka perbuat dapat menjadi contoh bagi sebuah kepanitiaan yang akan selalu ada sepanjang kegiatan mahasiswa di Kampus. Bagaimana kita bekerja tak boleh setengah-setengah, loyalitas dan tetap menjalin kekeluargaan.
Maaf, kok cerita kepanitiaan jadinya ya.
Yop.

Kita lanjut cerita.

Kembali lagi ke awal tadi. Jadilah penghuni rumah K22B ditambah dengan Ficky. Berlima. Hal ini berawal ketika Ficky tak kunjung mendapat kos baru. “Wak ajak se Fiki tingga di siko, lai bs baliak pti wak deknyo. Kan lumayan tu ntk bali Tipi, hehe,” begitu terucap dari Adek saat berembuk untuk memastikan nasib Ficky. Yang berembuk adalah anggota perdana. Saya, Zikri, Rozi dan Adek. Maka disepakatilah Ficky dibabtis menjadi anggota K22B secara sah meski di awal dia selalu dapat jatah tidur di luar dengan kasur pompa kepunyaan Adek. Ditemani ikan-ikan hias, lobster, ikan kalang yang hidup di aquarium hasil rampasan Ficky di kos lamanya di Sumber (dekat kos dini dulu, ciee).

Jadilah kami serumah berlima, ditambah dua anggota tak tetap Dodi dan Leo Syahputra. Dua nama terakhir adalah orang yang mengaku tamu tapi sering kami bilang tamu tak diudang nan selalu datang kapanpun mereka mau.
Tapi status Leo terusik saat ia menerima tawaran menjadi keeper tim futsal pembangunan saat penyelenggaraan turnamen futsal IMIB.

Selama dua tahun hidup di K22B teramat banyak yang ingin saya ceritakan. Begitu banyak kisah. Bagaimana saat balap-balap beli nasi untuk sahur lantaran imsak yang hanya 15 menit lagi. Berbuka dengan gorengan+teh manis. Dan sesekali kami buka bareng dari kolak duren depan FK, Akbari hingga buka gratis di masjid Taqwa.

Atau juga ritual buka bersama di K22B yang diarsiteki Iyin, Inya, Cika sebagai juru dapur. Kaum Adam hanya berperan sebagai pengganggu, tukang cicip atau memancing kemarahan inya atau cika saat itu. Uni kaduang Iyin yang tak pernah merepet dengan hal-hal seperti itu.
Tulisan ini mulai tak terarah. Saya bingung mau ceritakan apalagi.

Ooh. Petaka menimpa anggota rumah kami di paruh kedua tahun ajaran. Saat kami melaksanakan roadshow di kota Budaya Batusangkar, kami dapat kabar bahwa Adek kecelakaan motor yang menyebabkan kakinya patah dan butuh perawatan yang memakan waktu yang lama. Jadi selama satu semester. Kami benar-benar kehilangan sosok Adek. Apalagi saat itu hanya dia satu-satunya di rumah kami yang punya kendaraan luar biasa. Jadilah selama satu semester kami selalu beli nasi ke gang medan area dengan berjalan kaki. Sesekali ke gang Aritha sebagai tempat makan favorit.

Tapi, setelah satu semester istirahat, Adek kembali lagi semester selanjutnya. Meski sedikit pincang, tapi semangatnya tak hilang sedikitpun. Ia menampakkan sosok yang sangat luar biasa. Saat itu adalah masa Ficky sebagai orang nomor satu organisasi Minang satu-satunya di USU. Ficky memperoleh jabatan prestisius itu dengan unggul atas pesaingnya melebihi 50 persen perolehan suara yang artinya ia menang telak satu kali putaran. Ada tercium indikasi settingan saat pemilihan. Ternyata, saat itu Rozi dan Dodi tak menampakkan mukanya saat hari pemilihan ketua. Zikri yang saat itu hadir dan selalu duduk di samping Ficky tiba-tiba minta izin tinggalkan forum dengan alasan mando nya datang. Jadi tinggallah Ficky yang menjadi kandidat kuat satu-satunya jelang pemilihan. Adek saat itu masih di tanah Jambi.

Niat mereka ternyata positif. “Kita satu rumah, Ficky, Zik, tambah Codoik. Masa awak samo awak lo yang bertarung demi kekuasaan. Ancak wak rapatkan ajo barisan lai. Bia wak sokong si ficky samo-samo,” ucap Rozi sesaat setelah Ficky berstatus ketua terpilih IMIB. Ternyata konspirasi Rozi dan Zikri terkuak setelah hiasan ucapan selamat atas terpilihnya Ficky di papan White board Mini yang ditulis Zikri.

Semua penghuni K22B menduduki posisi penting sebagai menteri-menteri kepengurusan Era Ficky. Rozi di PA, Dodi Bos Minat Bakat, Zikri Urusan cari PIti (Danlog), Adek Public Relation. Dan juga Iti sekum Iyin, sebagai Bendum, Cika PTKP. Inya saat itu memutuskan fokus dengan akademiknya.

Saya Ian pIrlo hanya sebagai penguat Adek dengan konsentrasi mengurusi bagian media informasi IMIB.
Satu tahun kepengurusan masa Jabatan Ficky adalah masa yang terbaik yang pernah saya alami. Di mana masing-masing bagian yang dikepalai antek-antek K22b punya pencapaian yang sangat luar biasa. Rozi dapat menuntaskan KTP IMIB yang sempat tak terurus sebelumnya, Zikri juga mantap menyelesaikan usaha kecil menengah dan simpan pinjam IMIB serta meraih dana segar dari beberapa donator tetap, Dodi sukses menghadirkan Seni Randai di kota Medan, dan Adek bersama saya mensukseskan Sahur on the road, pulang basamo sebanyak tiga Bus ALS, serta keberhasilan IMIB mengadakan portal berita berupa Website dan Webblog.

Tapi yang tuntas terealisasi saat itu baru sebatas update acara seremony IMIB di Webblog di mana saya sebagai reporter tunggal menginfomasikan setiap penyelenggaran even Imib sepanjang tahun  itu.

Maaf banyak lagi pencapaian IMIB di masa kekepimpinan Ficky. Tak dapat juga saya diktekan satu persatu di sini. Ficky diabadikan sebagai Ayah oleh adik-adik 2010 karena dia muncul sebagai sosok pelindung di setiap  kepanitian yang diadakan IMIB. Tentunya tak lepas dari peran Jupiter Merah berpelat BK 1 IMIB. Ia juga berhasil berdiplomasi dengan bapak2 pemodal imib seperti Umi, Pak Yunan, Da Yudi, Pak Sahrudin Ali, dan lain-lain.

Kemudian tambah lagi dengan capaian sebagai Runner Up turnamen futsal IMIB semakin membuktikan bahwa K22B adalah rumah yang menaungi para juara sejati yang punya daya juang luar biasa di setiap kegiatan. O maaf. Tim futsal K22B juga kuat karena adanya pemain naturalisasi. Mereka adalah Akmal, Razi, dan Rahman.

Sampai di sini dulu cerita saya. Intinya saya akan selalu mengenang setiap detail yang terjadi di keluarga K22B. saat-saat kita merebus kawa daun, beli cimangko saat ada yang tepar, saat saling ganggu ketika beberapa personil nelpon pacar, rutinitas lompat tembok di balik SUARA USU, mati lampu merasakan perihnya sengatan nyamuk, direpetin sang empunya rumah saat WC tumpat, banyak lagi pastinya.

Sekarang saya dan mereka tak lagi di satu atap K22B. kita tak tahu lagi siapa pengukir cerita di situ. Rozi, Zikri, Ficky, Cika, Iyin, Inya telah menasbihkan diri sebagai sarjana yang mengharuskan mereka angkat kaki segera dari kampus USU. Begitu juga sesaat lagi Adek, Dodi akan menyusul. Maka tinggallah saya Ian_Pirlo yang akan berjuang sendiri karena terpaut beda satu tahun angkatan dengan mereka. Tapi yang saya cam kan. Semua anggota K22B, anggota tetap, tak tetap, tamu tak diundang bahwa kelak akan menjadi orang-orang besar.

Sebuah goresan untuk Zikri, Rozi, Adek, Dodi, Ficky, Chika, Iyin, Inya.
Eh maaf saya lupa sebutkan satu nama lagi. Randi Kendra Putra S.sos. satu sosok yang juga punya andil besar di K22B. Mantan ketua yang selalu ikut dalam pertempuran di kamar.

Sapaan sayang untuk semua : PPPPaaaaannnttTTuuuuaaaaakkkkkkk.

Jakarta, 27 Juli 2012.

Febrian Fachri

1 komentar:

Unknown mengatakan...

hahahaha,,, sakik paruik aaa. B'a leii ko, balian cimangko nah. hahahaha

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates